ENERGI: RI Bisa Bangun Turbin Angin Lepas Pantai

SAINT NAZAIRE, KOMPAS —  Sebagai negara kepulauan, Indonesia bisa membangun pembangkit listrik tenaga bayu di lepas pantai.  Turbin angin di landasan beton terapung bisa dibangun di sejumlah lokasi lepas pantai.

Selain itu, Indonesia juga berpengalaman membangun infrastruktur menggunakan beton sehingga tak akan kesulitan membangun konstruksi turbin angin terapung lepas pantai.

Pendapat itu disampaikan Bruno Geschier, Chief Sales and marketing Officer Ideol, di Saint Nazaire, Perancis, Kamis (18/5).  Ideol adalah perusahaan Perancis yang memiliki paten desain fondasi terapung yang disebut floatgen.

“Pembangkit listrik dari energi terbarukan merupakan masa depan sehingga bisa menggantikan peran batubara dan minyak untuk pembangkit,” katanya seperti dilaporkan wartawan Kompas, Dewi Indriastuti.

Per akhir 2015, ada sekitar 3.200 turbin angin lepas pantai untuk pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) di seluruh dunia dengan total kapasitas 12 gigawatt (GW).  Enam di antaranya merupakan turbin angin terapung lepas pantai.  Salah satunya di Saint Nazaire.  Salah satu proyek pertama dijadwalkan selesai pada akhir 2017 sehingga percobaan operasional bisa dilakukan pada 2018-2019.

Solusi lahan terbatas

Turbin angin terapung lepas pantai yang sedang dibangun di Pelabuhan Saint Nazaire memiliki landasan atau fondasi beton lingkaran seluas 36 meter persegi dengan ketebalan 9,5 meter.

Turbin angin pada PLTB yang akan menghasilkan listrik 2 megawatt (MW) itu memiliki diameter rotor 80 meter dengan ketinggian menara penyangga rotor 60 meter.  Fondasi beton terapung akan ditempatkan pada jarak 22 kilometer dari bibir pantai dengan kedalaman laut 33 meter.

Turbin angin di lepas pantai, ujar Bruno, merupakan solusi keterbatasan lahan di daratan untuk membangun PLTB.  Konsekuensinya, investasi yang diperlukan untuk turbin angin lepas pantai lebih besar dibandingkan dengan turbin angin di daratan.

Bruno menambahkan, Indonesia sudah berpengalaman membangun infrastruktur menggunakan beton.

Secara terpisah, di Paris, CEO Enertime Gilles David menyampaikan, pihaknya sudah pernah bertemu dan berdiskusi dengan Pertamina.  Diskusi tersebut berkaitan dengan riset mengenai potensi geothermal di Indonesia yang bisa digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB).

Sumber: Kompas, Sabtu, 20 mei 2017, hal. 17.

Tinggalkan komentar

Filed under Geothermal Energy, Renewable Energy, Wind Generators

Tinggalkan komentar